Road to Justice

 Oleh Jonaldi Mikael

Seandainya kita Hidup tanpa ada yang mengatur, bahagia tidak hidup?
Atau seandainya kita hidup tetapi ada yang mengatur,  bahagia tidak hidup?

Padahal esensinya hidup adalah Kebahagiaan walaupun kebahagiaan yang dimaksud berbeda-beda.
"Hukum adalah untuk manusia bukan sebaliknya" kata Satjipto Rahardjo.

Bagaimana kalau manusia tidak nyaman lantas karena berbelitnya hukum. Apakah manusianya yang di rubah atau hukum yang harus di rubah. Ini adalah persoalan yang menjadikan hukum harus membangun jarak dari kata keadilan. Lantas karena apa hal ini terjadi?

Jembatan untuk mencapai kata keadilan ternyata sebab hilangnya esensi hukum. Penegak hukum tidak lagi melihat hukum sebagai jalan menuju keadilan, tetapi benar-benar menjadi ladang untuk isi perut. Bahkan diperparah dengan besarnya dosis politik dalam hukum itu sendiri.

Hukum lenyap ditangan penguasa. Hukum tidak lagi pro masyarakat tetapi menjadi tameng bagi penguasa untuk melancarkan aksi penindasan. Hukum menanggung derita ketidakadilan. Nyawa harus lenyap atas nama hukum.

Permasalahan seperti ini justru menjadi sebab manusia bebas tanpa hukum. Dan hukum yang dimaksud tentu adalah hukum versinya negara/penguasa. Manusia harus bahagia tetapi kebahagiaan itu justru dibatasi karena hukum itu sendiri.

#WargaBumi



Komentar

Postingan Populer