Problematika Cinta dalam Pergulatan Diri
By Yasinta Mulia
Biarkan kita menelusuri jalan masing-masing, menemukan hingga pulang pada waktunya.
Semua tentang kita sudah kubiarkan melaju hingga belalu dengan semestinya, seperti aku yang tidak ingin lagi tau apa dan bagaimana tentangmu, tentang kita. Kita tidak meninggalakan apa-apa disana
kecuali kenangan yang indah atau bahkan sangat buruk dan mengerikan,tentang perasaan yang menyepakati untuk bersama tapi tidak dengan waktu yang lama.
Aku kembali menjadi makhluk baru, yang terlepas dari jeratan sedih dan sepih sepeninggalan dirimu, perlahan tapi pasti menguatkan hati merawat perasaan agar ketika aku kembali jatuh cinta bukan
pada cinta yang kembali mengingatkan aku pada kita.
Aku selalu suka meyakini setiap ucapanku bahwa yang pergi tidak selamnya harus diratapi, dengan demikian bukan berarti membuka hati adalah jalan keluar untuk menjadi baik-baik saja. Semuanya di
tiadakan, sebegini adanya, hingga waktu berlalu dengan aku dan kamu yang sudah punah menjadi kita.
Lalu kau kembali lagi, tanpa ada rasa bersalah.
Bagaimana bisa engkau menuntut agar aku kembali sama seperti dulu,sedangkan semuanya sudah aku kubur menjadi hati yang patah dan retak yang yang tidak lagi berpenghuni.
Mungkin aku bisa menerimamu, tapi tidak ada lagi menjenguk kembali perasaan yang dulu kemudian menyembuhkannya, lalu kembali berpulang dalam pelukan menjadi kita lagi.
Maaf, aku sudah cukup memperbaiki diri dan menyembuhkan hati.
Bisakah kita ada tapi hanya sebentar lalu berbatas menjadi teman baik, bukan berarti untuk memperbaiki lagi persaan yang dulu.
Sudahlah, kita memang harus seperti ini saling menatap tanpa harus memiliki, dalam arti mencari jalan lalu merawat hati masing-masing.

Komentar
Posting Komentar