Cinta sebagai Panorama Rasa
Oleh Jonaldi Mikael
Tidak bisa
dielakkan bahwa mendefinisikan cinta tak akan pernah kemput; begitu kata Pramoedya Ananta Toer.
Karena kita sementara membangun sebuah asumsi tentang manusia yang adalah
persoalan. Tetapi saya berpendapat bahwa cinta akan sanggup didefinisikan
tergantung suasana hati.
Suasana hati jadi pijakan sekaligus mengesampingkan kerja logika ketika orang jatuh
cinta. Lantas apa yang membuat orang bosan ketika menjalin sebuah hubungan? Suasana
hati atau perasaan sebetulnya tidak pernah bosan, hanya saja dia selalu
berbenturan dengan logika yang nampaknya logika juga sementara berbenturan
dengan kondisi atau realita yang merasukinya. Oleh karenanya berbagai macam
cara untuk jadi asupan agar cinta itu tetap langgeng. Untuk mencapai titik
itu, kedewasaan pikiran itu sangat penting. Mungkin terlalu sombong kalau saya
mengatakan bahwa pentingnya asupan ilmu pengetahuan khususnya filsafat. Tetapi toh
‘kedewasaan berpikir’ yang dimaksud juga multi makna sehingga bagi saya asupan ‘ilmu
pengetahuan khususnya filsafat’ yang dimaksud adalah salah satunya.
Tetapi dalam
hal belajar filsafat atau bicara filsafat, mengapa keberadaan perempuan disitu
sangat minim?



Komentar
Posting Komentar