Dasar PKI !!!!!!

by Jonaldi Mikael 


Sebuah foto tertanggal 30 Maret 1982, memperlihatkan seorang demonstran ditangkap aparat Argentina dalam Operasi Burung Kondor-
https://tribunusmisteri.blogspot.com/2018/05/operasi-burung-kondor-cia-amerika.html


Sewaktu masih kecil, setiap kali berbuat salah didepan Bapa dan Mama, sering sekali dikatakan "Dasar PKI."

Saya akhirnya berpikir "siapa sih PKI, lantas apa sehingga PKI selalu dikaitkan dengan perbuatan yang salah.

Pertanyaan mulai sedikit terjawab ketika sudah masuk dalam lingkaran pendidikan. Dan benar sejarah mengatakan PKI memang jahat, para pembunuh yang kejam.

 

Semakin lama mendalami ilmu sejarah, semakin skeptis juga dengan selipan kebenaran didalamnya. Saya semakin yakin bahwa sejarah akan selalu diciptakan setiap siapa yang berkuasa dalam negaranya/sejarah versinya penguasa.

 

Organisasi PKI menganut pemahaman 'istrimu adalah istriku, para pembunuh yang kejam' adalah sejarah versinya penguasa. Setiap risalah pengetahuan saya baca, salah satu yang berani membongkar adalah buku berjudul "Kiamat Kandang Garuda."

Semakin kita melangkah semakin nampak wajah aslinya. Sejarah yang diputar balikan sekian lamanya, PKI yang kejam atau militerisme Indonesia yang kejam semakin menyebarkan aroma kebenaran.

Apalagi ketika tampilnya Joshua Openheimer sang sutradara film asal Amerika Serikat membuat dokumenter terkait kebusukan para militer dalam masalah kemanusiaan dibalik  penumpasan PKI.

Berdasarkan data hasil wawancaranya Joshua Openheimer sehingga dirilislah film pertamanya berjudul "JAGAL Act of Killing" yang menceritakan bagaimana aksi yang dilakukan para algojo membunuh dengan kejam para anggota PKI, Gerwani dan bahkan yang dituduh anggota PKI. Dengan bangganya para algojo menceritakan kekejamannya meminum darah manusia dengan pendasaran 'bela negara."

 

Film keduanya berjudul "SENYAP_The Look of Silence," menceritakan bagaimana salah seseorang mencari kebenaran terkait kematian kakaknya, dalang dibalik pembunuhan kakaknya. Dan lagi-lagi setiap yang diwawancarainya dengan bangga menceritakan kekejamannya akan kemanusiaan.

 

Dan kedua film ini beberapa kali mendapat penolakan untuk ditayangkan di Indonesia dan para aparat militer juga dengan tegas menolak pemutaran film ini. Hal ini didapatkan ketika dibeberapa universitas dan lembaga pendidikan lainnya ingin memutar dan menayangkan film ini, dengan sigap para militer membubarkan masa.

 

Dalam film yang disutradarai oleh Joshua Openheimer ini, militer menjadi garda terdepan dibalik penghilangan paksa manusia pasca pembunuhan anggota PKI, Gerwani bahkan yang dituduh PKI maupun Gerwani. Presiden Suharto dengan kuasanya menyulap nusantara menjadi lautan darah.

Sampai hari ini pelaku pelanggaran HAM masa lalu mendapatkan kursi yang empuk sementara para keluarga korban menunggu kepulangan anakanya dan menuntut pertanggungjawaban Pemerintah namun tak pernah digubris. 

 

Aksi 98 juga menjadi sejarah dimana sebegitu haus darahnya orde baru. Masalah kemanusiaan seakan-akan hanyalah kotoran dialas sepatunya. Para Jendral dibalik penghilangan dan pembunuhan aktivis tahun 1998 hari ini mendapat kursi istimewa dalam lingkaran istana. Tetapi setiap hari kamis(Aksi Kamisan)  keluarga korban tidak pernah lelah hadir di gedung istana negara menuntut pertanggungjawaban penguasa  namun lagi-lagi kita hanyalah kotoran dikaki penguasa.

 

Kita harus sadar. Presiden Suharto berkuasa 32 tahun dengan kejam; namun masih ada kelonggaran dibalik akses pendidikan. Namun aktifitas didalamnya ditutup serapat mungkin, mahasiswa dibungkam. Namun siapa sangka akses pendidikan justru menjadi senjata. Suharto diturunkan dari masa jabatannya. Mahasiswa turun jalan duduki gedung DPR. Terlepas dari banyaknya wacana bahwa turunya Suharto karena adanya permainan politik elit global.

 

Kita harus sadar bahwa permasalahan hari ini pun tak ada bedanya dengan aksi bejat orde baru. Kalau orde baru mematikan oposisi dengan mengangkat senjata tetapi hari ini mematikan oposisi dengan menariknya dalam lingkaran istana. Sehingga pembangunan tak berperikemanusiaan terjadi dimana-mana. Masalah kemanusiaan, demokrasi perlahan mati, pembangunan dan permasalahan lingkungan adalah gelapnya masa kepemimpinan Presiden Jokowi. 

Kaum muda menjadi garda terdepan bangsa harus respon dengan permasalahan ini. Urusan pendidikan dan aksi sosial bersifat edukasi dan menjawab keresahan masyarakat dan tantangan pemanasan global mestinya harus berbarengan.

 

Pendidikan adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat mengubah dunia”. ~Nelson Mandela.





Komentar

Postingan Populer