Dasar PKI !!!!!!
by Jonaldi Mikael
Sewaktu masih kecil, setiap kali berbuat
salah didepan Bapa dan Mama, sering sekali dikatakan "Dasar PKI."
Saya akhirnya berpikir "siapa sih
PKI, lantas apa sehingga PKI selalu dikaitkan dengan perbuatan yang salah.
Pertanyaan mulai sedikit terjawab ketika
sudah masuk dalam lingkaran pendidikan. Dan benar sejarah mengatakan PKI memang
jahat, para pembunuh yang kejam.
Semakin lama mendalami ilmu
sejarah, semakin skeptis juga dengan selipan kebenaran didalamnya. Saya semakin
yakin bahwa sejarah akan selalu diciptakan setiap siapa yang berkuasa dalam
negaranya/sejarah versinya penguasa.
Organisasi PKI menganut
pemahaman 'istrimu adalah istriku, para pembunuh yang kejam' adalah sejarah
versinya penguasa. Setiap risalah pengetahuan saya baca, salah satu yang berani
membongkar adalah buku berjudul "Kiamat Kandang Garuda."
Semakin kita melangkah semakin nampak
wajah aslinya. Sejarah yang diputar balikan sekian lamanya, PKI yang kejam atau
militerisme Indonesia yang kejam semakin menyebarkan aroma kebenaran.
Apalagi ketika tampilnya
Joshua Openheimer sang sutradara film asal Amerika Serikat membuat dokumenter
terkait kebusukan para militer dalam masalah kemanusiaan dibalik penumpasan PKI.
Berdasarkan data hasil
wawancaranya Joshua Openheimer sehingga dirilislah film pertamanya berjudul
"JAGAL Act of Killing" yang
menceritakan bagaimana aksi yang dilakukan para algojo membunuh dengan kejam
para anggota PKI, Gerwani dan bahkan yang dituduh anggota PKI. Dengan bangganya
para algojo menceritakan kekejamannya meminum darah manusia dengan pendasaran
'bela negara."
Film keduanya berjudul "SENYAP_The Look of Silence," menceritakan
bagaimana salah seseorang mencari kebenaran terkait kematian kakaknya, dalang
dibalik pembunuhan kakaknya. Dan lagi-lagi setiap yang diwawancarainya dengan
bangga menceritakan kekejamannya akan kemanusiaan.
Dan kedua film ini beberapa kali mendapat
penolakan untuk ditayangkan di Indonesia dan para aparat militer juga dengan
tegas menolak pemutaran film ini. Hal ini didapatkan ketika dibeberapa
universitas dan lembaga pendidikan lainnya ingin memutar dan menayangkan film
ini, dengan sigap para militer membubarkan masa.
Dalam film yang disutradarai
oleh Joshua Openheimer ini, militer menjadi garda terdepan dibalik penghilangan
paksa manusia pasca pembunuhan anggota PKI, Gerwani bahkan yang dituduh PKI maupun
Gerwani. Presiden Suharto dengan kuasanya menyulap nusantara menjadi lautan
darah.
Sampai hari ini pelaku
pelanggaran HAM masa lalu mendapatkan kursi yang empuk sementara para keluarga
korban menunggu kepulangan anakanya dan menuntut pertanggungjawaban Pemerintah
namun tak pernah digubris.
Aksi 98 juga menjadi sejarah
dimana sebegitu haus darahnya orde baru. Masalah kemanusiaan seakan-akan
hanyalah kotoran dialas sepatunya. Para Jendral dibalik penghilangan dan
pembunuhan aktivis tahun 1998 hari ini mendapat kursi istimewa dalam lingkaran
istana. Tetapi setiap hari kamis(Aksi Kamisan)
keluarga korban tidak pernah lelah hadir di gedung istana negara
menuntut pertanggungjawaban penguasa
namun lagi-lagi kita hanyalah kotoran dikaki penguasa.
Kita harus sadar. Presiden
Suharto berkuasa 32 tahun dengan kejam; namun masih ada kelonggaran dibalik
akses pendidikan. Namun aktifitas didalamnya ditutup serapat mungkin, mahasiswa
dibungkam. Namun siapa sangka akses pendidikan justru menjadi senjata. Suharto
diturunkan dari masa jabatannya. Mahasiswa turun jalan duduki gedung DPR.
Terlepas dari banyaknya wacana bahwa turunya Suharto karena adanya permainan
politik elit global.
Kita harus sadar bahwa
permasalahan hari ini pun tak ada bedanya dengan aksi bejat orde baru. Kalau
orde baru mematikan oposisi dengan mengangkat senjata tetapi hari ini mematikan
oposisi dengan menariknya dalam lingkaran istana. Sehingga pembangunan tak
berperikemanusiaan terjadi dimana-mana. Masalah kemanusiaan, demokrasi perlahan
mati, pembangunan dan permasalahan lingkungan adalah gelapnya masa kepemimpinan
Presiden Jokowi.
Kaum muda menjadi garda terdepan bangsa
harus respon dengan permasalahan ini. Urusan pendidikan dan aksi sosial
bersifat edukasi dan menjawab keresahan masyarakat dan tantangan pemanasan
global mestinya harus berbarengan.
“Pendidikan
adalah senjata paling mematikan di dunia, karena dengan pendidikan, Anda dapat
mengubah dunia”. ~Nelson Mandela.



Komentar
Posting Komentar