Sejak kapan Laki-Laki menjadi Perempuan

Oleh Jonaldi Mikael

Perempuan adalah manusia yang kelasnya setara dengan laki-laki. Dan karena dia manusia, berarti rumit dan tidak pernah kemput untuk mendefinisikannya.


Tetapi baru-baru ini laki-laki hampir mencetak rekor beranda media sosial mengupas tentang perempuan khusus berkaitan feminis dengan ala kadarnya. Mengangkat harkat dan martabat perempuan, baik dalam bentuk risalah tulisan maupun lingkaran diskusi.

Dan paling sering ketika perempuan dalam masalah. Laki-laki menjadi sosok teman curhat dan motivator. Tidak jarang perempuan ditimpa masalah, pelecehan, kekerasan berujung pergeseran kedudukannya sebagai seorang perempuan. Lalu disaat itulah laki-laki hadir memberikan motivasi. Namun tidak jarang kaum hawa percaya begitu saja terhadap mereka yang disebut kaum adam ini. Karena, kadang ada yang menjadikan ini peluang, tetapi ada pula yang memang benar-benar memberikan motivasi; walaupun porsi kebenaran yang dimaksudkan berbeda-beda.

Tetapi sejak kapan laki-laki menjadi perempuan, sejak kapan dia tahu bahwa ketika seorang perempuan ditimpa masalah, hati dan perasaannya begini atau begitu??

Tulisan ini sengaja mengambil judul "sejak kapan laki-laki menjadi perempuan".
Sekali lagi 'manusia adalah persoalan' begitu kata Pramoedya Ananta Toer. Membuat konsep tentang manusia tidak akan pernah kemput.

Bicara tentang perempuan, Aristoteles pernah mengatakan bahwa wanita secara alami merupakan makhluk yang tidak dewasa, kurang, lemah, dan cacat. Sama halnya juga dengan barisan filsuf eksistensialis macam: Nietzsche, Jean Paul Sartre, Arthur Scopenhouer, mengatakan "perempuan itu ibaratkan seperti lautan, indah dilihat dari jauh, tetapi ketika masuk kedalamnya pasti takut akan datangnya ombak".


Siapa sih Aristoteles, Nietzsche, Jean Paul Sartre, Arthur Scopenhouer sehingga sebegitu hebatnya mengatakan perempuan seperti itu.

Satu hal yang kita lupa bahwa kita diciptakan serupa tetapi memiliki nubuat yang berbeda. Andai kata saya dengan saudara saya, sama-sama laki-laki tetapi cara berpikir dan perasaan berbeda, sama halnya juga dengan perempuan. Sehingga memberikan motivasi kepada orang yang sementara dilanda masalah tidak lebih dari memberi ketenangan semata tetapi tidak untuk menyelesaikan masalah.


Karena eksistensinya manusia adalah persoalan.




Jonaldi Mikael

Komentar

Postingan Populer